Halloween adalah
tradisi perayaan malam tanggal 31 Oktober di negara-negara
berpenutur bahasa Inggris, Sejarah dan Pesta Halloween, dilakukan
anak-anak berpakaian aneh yang berkeliling dari pintu ke pintu rumah tetangga
meminta permen atau coklat dengan berkata “Trick or
treat!” Ucapan “Trick or treat!” merupakan semacam “ancaman” yang
berarti “Beri kami (permen) atau kami jahili.” Sejarah dan
Pesta Halloween, Anak zaman sekarang biasanya tidak lagi menjahili rumah
orang yang tidak memberi apa-apa. Sejarah dan Pesta Halloween
Sebagian anak-anak masih
menjahili rumah orang yang dianggap pelit dengan cara “menghiasi” pohon yang
ada di depan rumah dengankertas toilet atau
menulisi jendela dengan sabun. Halloween biasanya identik
dengan setan, tukang sihir, hantu Goblin dan
makhluk-makhluk menyeramkan lain dari kebudayaan Barat. Halloween disambut
dengan menghias rumah dan pusat perbelanjaan dengan simbol-simbol Halloween.
Halloween berasal dari
kata Hallowe’en yang merupakan kependekan dari All Hallow’s Eve (malam sebelum
hari raya All Hallow) [1]. Hari raya agama Katolik
bernama Hari Raya Semua Orang Kudus (All Saints Holy Day) yang
dirayakan 1 November pernah dikenal sebagai All Hallows’ Day yang merupakan
penyingkatan dari All Hallowed Souls. Dalam bahasa Inggris,
kata Hallowed (holy)berarti Orang Kudus. Hari Raya Semua Orang Kudus ditentukan misionaris Kristen
bertepatan dengan hari raya pagan dengan alasan ingin orang pagan mempercayai
agama Kristen. Hari Para Arwah (Day of the Dead) yang merayakan
kedatangan arwah sanak keluarga dan kerabat kembali ke bumi sampai sekarang
masih diperingati di beberapa negara seperti di Brazil,Meksiko,
dan Filipina.
Halloween berasal dari
orang Celt di Irlandia, Britania dan Perancis sebagai
tradisi paganisme perayaan musim panen. Di abad ke-19, orang Irlandia
dan Skotlandia membawanya ke Amerika Utara. Tentang
lentera dari labu (jack-o-lantern), juga punya kisah tersendiri. Singkatnya,
bahwa labu yang dibentuk seperti kepala dan diberi lentera itu dianggap sebagai
ajimat unggul untuk mengusir para hantu. Sedangkan tradisi trick or treat
menjadi bentuk sosial yang lazim dilakukan anak-anak, dengan meminta suguhan
dari rumah ke rumah. Secara literal, trick or treat tidak lain bentuk
ancaman “mau dikerjain atau beri hadiah”, walaupun tentu pelaksanaannya lebih
bersifat hiburan.
Benar bahwa Halloween
juga telah mengalami berbagai perayaan asosiatif dengan tradisi Kristiani
tertentu. Namun, tidak ada keterpautan langsung antara keduanya,
dalam hal mana Halloween tetap menjadi perayaan tersendiri. All Saints
Days yang ditetapkan jatuh pada tanggal 1 November sejak abad ke-9, justru
tidak ada pautannya dengan dunia para hantu dari tradisi pagan itu. Sekarang, khususnya dalam tradisi AS dan Barat, perayaan
Halloween menjadi bentuk pesta ganjil yang meriah. Para orang tua memang
mengarahkan anak-anak untuk mengambil porsi meriahnya saja, melatih hubungan
sosial. Para petani modern sekalipun sudah lagi tidak takut kepada para hantu.
Sesembahan yang diberikan sekarang lebih pada pupuk dan pakan; sedangkan
perhatian yang mengkhawatirkan lebih kepada pada pemanasan global. Namun
herannya tradisi perayaannya tetap terpelihara; tentu juga berkat
dedikasichained superstore yang memasarkan serba-serbi Halloween secara
lebih kreatif.
Di tahun 2007, Joel
Stein dari Los Angeles Times mengkritik tradisi Halloween yang dipakai
orang-orang dewasa penggila pesta sebagai alasan untuk berpesta-pora. Faktanya,
ketika dunia Barat cenderung sangat skeptis [kalau tidak mentah-mentah menolak]
terhadap dunia gaib dan supernatural, perayaan menghalau hantu dengan
sendirinya dikonversi menjadi sekedar pesta-pesta—kali ini dengan dress
codekostum apa pun yang menyeramkan. Ia pun menjadi industri besar yang menjadi
sasaran party stores, bar, taman-taman hiburan sampai produser film
besar Hollywood. Sama sekali tidak ada kaitannya dengan latar belakang
orisinal dari tradisi perayaan tutup panen bangsa Celtic itu.
0 komentar:
Posting Komentar