Tidak
banyak yang dikisahkan oleh Al-Quran tentang Nabi Yunus sebagaimana yang telah
dikisahkan tentang nabi-nabi Musa, Yusuf dan lain-lain. Dan sepanjang yang dapat
dicatat dan diceritakan oleh para sejarawan dan ahli tafsir tentang Nabi Yunus
ialah bahawa beliau bernama Yunus bin Matta. Ia telah diutuskan oleh Allah untuk
berdakwah kepada penduduk di sebuah tempat bernama "Ninawa" yang bukan kaumnya
dan tidak pula ada ikatan darah dengan mereka. Ia merupakan seorang asing
mendatang di tengah-tengah penduduk Ninawa itu. Ia menemui mereka berada di
dalam kegelapan, kebodohan dan kekafiran, mereka menyembah berhala menyekutukan
kepada Allah.
Yunus membawa ajaran tauhid dan iman kepada mereka,
mengajak mereka agak menyembah kepada Allah yang telah menciptakan mereka dan
menciptakan alam semesta, meninggalkan persembahan mereka kepada berhala-berhala
yang mereka buat sendiri dari batu dan berhala-berhala yang tidak dapat
membawanya manfaaat atau mudarat bagi mereka. Ia memperingatkan mereka bahawa
mereka sebagai manusia makhluk Allah yang utama yang memperoleh kelebihan di
atas makhluk-makhluk yang lain tidak sepatutnya merendahkan diri dengan
menundukkan dahi dan wajah mereka menyembah batu-batu mati yang mereka
pertuhankan, padahal itu semua buatan mereka sendiri yang kadang-kadang dan
dapat dihancurkan dan diubah bentuk dan memodelnya. Ia mengajak mereka berfikir
memperhatikan ciptaan Allah di dalam diri mereka sendiri, di dalam alam sekitar
untuk menyedarkan mereka bahawa Tuhan pencipta itulah yang patut disembah dan
bukannya benda-benda ciptaannya.
Ajaran-ajaran Nabi Yunus itu bagi para
penduduk Ninawa merupakan hal yang baru yang belum pernah mereka dengar
sebelumnya. Kerananya mereka tidak dapat menerimanya untuk menggantikan ajaran
dan kepercayaan yang telah diwariskan oleh nenek moyang mereka yang sudah
menjadi adat kebiasaaan mereka turun temurun. Apalagi pembawa agama itu adalah
seorang asing tidak seketurunan dengan mereka.
Mereka berkata kepada Nabi
Yunus: "Apakah kata-kata yang engkau ucapkan itu dan kedustaan apakah yang
engkau anjurkan kepada kami tentang agama barumu itu? Inilah tuhan-tuhan kami
yang sejati yang kami sembah dan disembahkan oleh nenek moyamg kami sejak
dahulu. Alasan apakah yang membenarkan kami meninggalkan agama kami yang
diwariskan oleh nenek moyang kami dan menggantikannya dengan agama barumu?
Engkau adalah seorang yang ditengah-tengah kami yang datang untuk merusakkan
adat istiadat kami dan mengubah agama kami dan apakah kelebihan kamu diatas kami
yang memberimu alasan untuk mengurui dan mengajar kami. Hentikanlah aksimu dan
ajak-ajakanmu di daerah kami ini. Percayalah bahawa engkau tidak akan dapat
pengikut diantara kami dan bahawa ajaranmu tidak akan mendapat pasaran di antara
rakyat Ninawa yang sangat teguh mempertahankan tradisi dan adat istiadat
orang-orang tua kami."
Barkata Nabi Yunus menjawab: "Aku hanya mengajak
kamu beriman dan bertauhid menurut agama yang aku bawa sebagai amanat Allah yang
wajib ku sampaikan kepadamu. Aku hanya seorang pesuruh yang ditugaskan oleh
Allah untuk mengangkat kamu dari lembah kesesatan dan kegelapan menuntun kamu ke
jalan yang benar dan lurus menyampaikan kepada kamu agama yang suci bersih dari
benih-benih kufur dan syirik yang merendahkan martabat manusia yang semata-mata
untuk kebaikan kamu sendiri dan kebaikan anak cucumu kelak. Aku sesekali tidak
mengharapkan sesuatu upah atau balas jasa daripadamu dan tidak pula menginginkan
pangkat atau kedudukan. Aku tidak dapat memaksamu untuk mengikutiku dan
melaksanakan ajaran-ajaranku. Aku hanya mengingatkan kepadamu bahawa bila kamu
tetap membangkang dan tidak menghiraukan ajakanku , tetap menolak agama Allah
yang aku bawa, tetap mempertahankan akidahmu dan agamamu yang bathil dan sesat
itu, nescaya Allah kelak akan menunjukkan kepadamu tanda-tanda kebenaran
risalahku dengan menurunkan azab seksa-Nya di atas kamu sebagaimana telah
dialami oleh kaum terdahulu iaitu kaum Nuh, Aad dan Tsamud sebelum
kamu.
Mereka menjawab peringatan Nabi Yunus dengan tentangan seraya
mengatakan: "Kami tetap menolak ajakanmu dan tidak akan tunduk pada perintahmu
atau mengikut kemahuanmu dan sesekali kami tidak akan takut akan segala
ancamanmu. Cubalah datangkan apa yang engkau ancamkan itu kepada kami jika
engkau memang benar dalam kata-katamu dan tidak mendustai kami."
Nabi Yunus
tidak tahan tinggal dengan lebih lama di tengah-tengah kaum Ninawa yang berkeras
kepala dan bersikap buta-tuli menghadapi ajaran dan dakwahnya. Ia lalu
meninggalkan Ninawa dengan rasa jengkel dan marah seraya memohon kepada Allah
untuk menjatuhkan hukumannya atas orang-orang yang membangkang dan berkeras
kepala itu.
Sepeninggalan Nabi Yunus penduduk Ninawa mulai melihat
tanda-tanda yang mencemaskan seakan-akan ancaman Nabi Yunus kepada mereka akan
menjadi kenyataan dan hukuman Allah akan benar-benar jatuh di atas mereka
membawa kehancuran dan kebinasaan sebagaimana yang telah dialami oleh kaum
musyrikin penyembah berhala sebelum mereka. Mereka melihat keadaan udara
disekeliling Ninawa makin menggelap, binatang-binatang peliharaan mereka nampak
tidak tenang dan gelisah, wajah-wajah mereka tanpa disadari menjadi pucat tidak
berdarah dan angin dari segala penjuru bertiup dengan kecangnya membawa suara
gemuruh yang menakutkan.
Dalam keadaan panik dan ketakutan , sedarlah
mereka bahawa Yunus tidak berdusta dalam kata-katanya dan bahawa apa yang
diancamkan kepada mereka bukanlah ancaman kosong buatannya sendiri, tetapi
ancaman dari Tuhan. Segeralah mereka menyatakan taubat dan memohon ampun atas
segala perbuatan mereka, menyatakan beriman dan percaya kepada kebenaran dakwah
Nabi Yunus seraya berasa menyesal atas perlakuan dan sikap kasar mereka yang
menjadikan beliau marah dan meninggalkan daerah itu.
Untuk menebus dosa,
mereka keluar dari kota dan beramai-ramai pergi ke bukit-bukit dan padang pasir,
seraya menangis memohon ampun dan rahmat Allah agar dihindarkan dari bencana
azab dan seksaan-Nya. Ibu binatang-binatang peliharaan mereka dipisahkan dari
anak-anaknya sehingga terdengar suara teriakan binatang-binatang yang terpisah
dari ibunya seolah-olah turut memohon keselamatan dari bencana yang sedang
mengancam akan tiba menimpa mereka.
Allah yang Maha Mengetahui bahawa
hamba-hamba-Nya itu jujur dalam taubatnya dan rasa sesalannya dan bahawa mereka
memang benar-benar dan hatinya sudah kembali beriman dan dari hatinya pula
memohon dihindarkan dari azab seksa-Nya, berkenan menurunkan rahmat-Nya dan
mengurniakan maghfirat-Nya kepada hamba-hamba-Nya yang dengan tulus ikhlas
menyatakan bertaubat dan memohon ampun atas segala dosanya. Udara gelap yang
meliputi Ninawa menjadi terang, wajah-wajah yang pucat kembali merah dan
ebrseri-seri dan binatang-binatang yang gelisah menjadi tenang, kemudian
kembalilah orang-orang itu ke kota dan kerumah masing-masing dengan penuh rasa
gembira dan syukur kepada Allah yang telah berkenan menerima doa dan permohonan
mereka.
Berkatalah mereka didalam hati masing-masing setelah merasa
tenang, tenteram dan aman dari malapetaka yang nyaris melanda mereka: "Di
manakah gerangan Yunus sekarang berada? Mengapa kami telah tunduk kepada bisikan
syaitan dan mengikuti hawa nafsu, menjadikan dia meninggalkan kami dengan rasa
marah dan jengkel kerana sikap kami yang menentang dan memusuhinya. Alangkah
bahagianya kami andaikan ia masih berada di tengah-tengah kami menuntun dan
mengajari kami hal-hal yang membawa kebahagiaan kami di dunia dan di akhirat. Ia
adalah benar-benar rasul dan nabi Allah yang telah kami sia-siakan. Semoga Allah
mengampuni dosa kami."
Adapun tentang keadaan Nabi Yunus yang telah
meninggalkan kota Ninawa secara mendadak, maka ia berjalan kaki mengembara naik
gunung turun gunung tanpa tujuan. Tanpa disadari ia tiba-tiba berada disebuah
pantai melihat sekelompok orang yang lagi bergegas-gegas hendak menumpang sebuah
kapal. Ia minta dari pemilik kapal agar diperbolehkan ikut serta bersama
lain-lain penumpang. Kapal segera melepaskan sauhnya dan meluncur dengan lajunya
ke tengah laut yang tenang. Ketenangan laut itu tidak dapat bertahan lama,
kerana sekonyong-konyong tergoncang dan terayunlah kapal itu oleh gelombang
besar yang datang mendadak diikuti oleh tiupan angin taufan yang kencang,
sehingga menjadikan juru mudi kapal berserta seluruh penumpangnya berada dalan
keadaan panik ketakutan melihat keadaan kapal yang sudah tidak dapat dikuasai
keseimbangannya.
Para penumpang dan juru mudi melihat tidak ada jalan
untuk menyelamatkan keadaan jika keadaan cuaca tetap mengganas dan tidak mereda,
kecuali dengan jalan meringankan beban berat muatan dengan mengorbankan salah
seorang daripada para penumpang. Undian lalu dilaksanakan untuk menentukan
siapakah di antara penumpang yang harus dikorbankan. Pada tarik pertama
keluarlah nama Yunus, seorang penumpang yang mereka paling hormati dan cintai,
sehingga mereka semua merasa berat untuk melemparkannya ke laut menjadi mangsa
ikan.
Kemudian diadakanlah undian bagi kali kedua dengan masing-masing
penumpang mengharapkan jangan sampai keluar lagi nama Yunus yang mereka sayangi
itu, namun melesetlah harapan mereka dan keluarlah nama Yunus kembali pada
undian yang kedua itu. Demikianlah bagi undian bagi kali yang ketiganya yang
disepakati sebagai yang terakhir dan yang menentukan nama Yunuslah yang muncul
yang harus dikorbankan untuk menyelamatkan kapal dan para penumpang yang
lain.
Nabi Yunus yang dengan telitinya memperhatikan sewaktu undian dibuat
merasa bahawa keputusan undian itu adalah kehendak Allah yang tidak dapat
ditolaknya yang mungkin didalamnya terselit hikmah yang ia belum dapat
menyelaminya. Yunus sedar pula pada saat itu bahawa ia telah melakukan dosa
dengan meninggalkan Ninawa sebelum memperoleh perkenan Allah, sehingga mungkin
keputusan undian itu adalah sebagai penebusan dosa yang ia lakukan itu. Kemudian
ia beristikharah menghenimgkan cipta sejenak dan tanpa ragu segera melemparkan
dirinya ke laut yang segera diterima oleh lipatan gelombang yang sedang mengamuk
dengan dahsyatnya di bawah langit yang kelam-pekat.
Selagi Nabi Yunus
berjuang melawan gelombang yang mengayun-ayunkannya, Allag mewahyukan kepada
seekor ikan paus untuk menelannya bulat-bulat dan menyimpangnya di dalam perut
sebagai amanat Tuhan yang harus dikembalikannya utuh tidak tercedera kelak bila
saatnya tiba.
Nabi Yunus yang berada di dalam perut ikan paus yang membawanya
memecah gelombang timbul dan tenggelam ke dasar laut merasa sesak dada dan
bersedih hati seraya memohon ampun kepada Allah atas dosa dan tindakan yang
salah yang dilakukannya tergesa-gesa. Ia berseru didalam kegelapan perut ikan
paus itu: "Ya Tuhanku, sesungguhnya tiada Tuhan selain Engkau, Maha sucilah
Engkau dan sesungguhnya aku telah berdosa dan menjadi salah seorang dari mereka
yang zalim."
Setelah selesai menjalani hukuman Allah , selama beberapa
waktu yang telah ditentukan, ditumpahkanlah Nabi Yunus oleh ikan paus itu yang
mengandungnya dan dilemparkannya ke darat . Ia terlempar dari mulut ikan ke pantai dalam keadaan kurus lemah dan sakit. Akan tetapi Allah
dengan rahmat-Nya menumbuhkan di tempat ia terdampar sebuah pohon labu yang
dapat menaungi Yunus dengan daun-daunnya dan menikmati buahnya.
Nabi Yunus
setelah sembuh dan menjadi segar kembali diperintahkan oleh Allah agar pergi
kembali mengunjungi Ninawa di mana seratus ribu lebih penduduknya
mendamba-dambakan kedatangannya untuk memimpin mereka dan memberi tuntunan lebih
lanjut untuk menyempurnakan iman dan aqidah mereka. Dan alangkah terkejutnya
Nabi Yunus tatkala masuk Ninawa dan tidak melihat satu pun patung berhala
berdiri. Sebaliknya ia menemui orang-orang yang dahulunya berkeras kepala
menentangnya dan menolak ajarannya dan kini sudah menjadi orang-orang mukmin,
soleh dan beribadah memuja-muji Allah s.w.t.
Pokok cerita tentang Yunus
terurai di atas dikisahkan oleh Al-Quran dalam surah Yunus ayat 98, surah
Al-Anbiaa' ayat 87, 88 dan surah Ash-Shaffaat ayat 139 sehingga ayat
148.PeLajaran
yang dapat dipetik dari kisah Nabi Yunus.
Bahawasannya
seorang yang bertugas sebagai da'i - juru dakwah harus memiliki kesabaran dan
tidak boleh cepat-cepat marah dan berputus asa bila dakwahnya tidak dapat
sambutan yang selayaknya atau tidak segera diterima oleh orang-orang yang
didakwahinya. Dalam keadaan demikian ia harus bersabar mengawal emosinya serta
tetap meneruskan dakwahnya dengan bersikap bijaksana dan lemah lembut, sebagaimana firman Allah dalam surah An-Nahl ayat 125 yang bermaksud
: "Serulah, berdakwahlah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang
baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik { sopan dan lemah lembut }
."
Di dalam diri Nabi Yunus Allah telah memberi contoh betapa ia telah
disesalkan atas tindakannya yang tergesa-gesa kerana kehilangan kesabaran,
meninggalkan kaum Ninawa, padahal mereka masih dapat disedarkan untuk menerima
ajakannya andaikan ia tidak terburu-buru marah dan meninggalkan mereka tanpa
berunding lebih dahulu dengan Allah yang telah mengutusnya.
Atas pelanggaran
yang telah dilakukan tanpa sedar Allah telah memberi hukuman kepada Nabi Yunus
berupa kurungan dalam perut ikan paus sebagai peringatan dan pengajaran agar
tidak terulang lagi setelah ia diberi ampun dan disuruh kembali ke Ninawa
melanjutkan dakwahnya.
0 komentar:
Posting Komentar